Lika-liku di Pantai Tiga Warna
Pantai Tiga Warna udah berhasil
di booking, selanjutnya adalah nentuin mau pake apa kesananya. Ada yang usul
pake motor dan ada juga yang memberikan usul pake mobil aja biar gak kehujanan.
Karena dengan diskusi kami tidak mendapatkan jawaban akhirnya kami voting dan
menggunakan motor keluar sebagai pemenangnya. Saya pikir keribetan mau ke Pantai
Tiga Warna berhenti sampai disini, ternyata masih terus berlanjut. Di hari-hari
menuju hari H satu per satu anggota rombongan mengundurkan diri. Ada yang
karena akan ikut job fair, tes kerja,
sampai mau nemuin dosen pembimbing. Ya karena kita juga gak bisa memaksa, mau
gak mau kami relakan enam teman kami yang tidak jadi ikut. Sekarang tinggal
tersisa 14 orang dalam rombongan sehingga biaya untuk iuran guide harus bertambah. Oh iya, selain
melakukan booking untuk berkunjung ke
Pantai Tiga Warna, rombongan yang kesana juga harus menyewa guide untuk menunjukkan jalan dari
Pantai gatra ke Pantai Tiga Warnanya. Satu guide
untuk sepuluh orang dengan biaya seratus ribu. Karena kami berempat belas, mau
tidak mau kami harus menyewa dua guide
dengan biaya totalnya dua ratus ribu. Mayan juga kalau dibuat beli bakso ya :p
Kami sepakat pada tanggal 20 itu
kami berkumpul di alun-alun jam 6 pagi agar kami cepat sampai di Pantai Tiga Warnanya.
Tapi rencana hanya jadi rencana saja. Masih ada aja oknum-oknum yang telat.
Akhirnya kami baru berangkat sekitar pukul delapan pagi. Nah, disini nih saya mulai bete. Gak suka aja loh sama orang-orang
yang telat ini. Kalo kata temen saya jaman semeser 5, itu orang-orang yang
telat adalah orang-orang yang tidak bisa menghargai waktu dan pengorbanan orang
lain. Yah, bayangin aja sih kalian udah berusaha dateng on time jam 6 terus ada temen kalian yang baru datang jam 8, apa
kalian gak capek nunggunya? Apa kalian gak berkorban bangun pagi biar gak
telat? Yaudahlah ya, kita doakan orang-orang yang suka telat agar segera bertobat
saja, heheu
Perjalanan ke Pantai Tiga Warna
yang terletak di Malang Selatan membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga jam
perjalanan. Entahlah, saya lagi apes atau apa. Ditengah perjalanan yang khidmat
bisa-bisanya dan tumben-tumbennya telkomsel nelpon saya. Hmm, langsung saja saya ketusi kalo saya lagi di jalan. Eh, baru mau nutup telpon tiba-tiba
motornya masuk ke lubang dan “jedug” rasanya saya mental. Ya Tuhan, untung gak
jatuh hiksss
Tak lama setelah saya di telpon
Telkomsel, tulisan Pantai Tiga warna yang sedari tadi saya cari akhirnya
keliatan juga. Rute perjalanan dari Malang ke Pantai Tiga Warna sama dengan ke
arah Pantai Gatra yang saya tulis disini
atau disini.
Sebenarnya Pantai Gatra dan Pantai
Tiga warna ini bersebelahan. Loket masuknya saja satu. Bedanya kalau kita ke
Pantai Gatra tidak menggunakan guide
sedangkan kalau kita ke Pantai Tiga Warna kita harus menggunakan guide. Dan mereka sama-sama di area CMC
(Clungup Magrove Conservation). Kalau
kata guide yang nemenin rombongan
saya, alasan Pantai Tiga Warna harus booking
dan menggunakan guide adalah karena
pengunjung ke Pantai Tiga Warna di batasi sehingga ekosistemnya tidak rusak dan
terganggu, termasuk sampah yang dihasilkan pengunjung. Oh iya, sebelum
rombongan masuk ke Pantai Gatra maupun Tiga warna, rombongan selalu di cek mengenai
sampah yang di bawa agar sampah yang dibawa tidak di buang di pantai melankan
dibawa kembali pulang oleh para pengunjung. Sayangnya pos pengecekan sampah ini
tidak ketat, sehingga pengunjung masih bisa berbohong dan menyembunyikan
sampahnya.
Sebenernya ada dua track jalan yang ditawarkan guide untuk menuju Pantai Tiga Warna,
yaitu full track yang bisa ditempuh
sekitar satu jam perjalanan dan rombongan akan mendapatkan tiga pantai
sekaligus, dan satunya track pendek
yang dapat ditempuh selama 15 menit tapi rombongan tidak mendapatkan tiga
pantai melainkan langsung diantar ke Pantai Tiga Warna. Karena saya dan
teman-tean sudah tidak sabar untuk snorkeling, akhirnya kami memilih untuk
track pendek saja mengingat juga hari sudah siang.
Cerita di Pantai Tiga Warna
menjadi sangat berwarna ketika keapesan saya berlanjut. Kacamata snorkeling yang saya gunakan ternyata
rusak sehingga membuat air mudah masuk ke mata dan ke hidung. Jadi saya gak
nyaman snorkelingnya takut-takut
tenggelem soalnya saya gak bisa renang juga. Akhirnya saya merapat ke tepi dan cerita
ke salah satu teman saya, dia mengusulkan lebih baik saya menukar kacamata itu
soalnya lumayan berbahaya. Ya karena alasan teman saya itu logis dan saya gak
mau mati konyol juga, saya putuskan untuk menukarnya. Tapi bukan smabutan baik
dari guide yang saya terima malah
saya harus drama, adu mulut, dan saya dimarahi oleh guide tersebut. Dia bilang bahwa kacamatanya baik-baik saja,
padahal jelas-jelas itu patah dan bisa kapan saja putus talinya. Karena saya
gak mau berurusan panjang, saya tinggal saja guide itu dan mencari guide saya di tempat penyewaan alat snorkeling. Disana saya agak sedikit
kaget karena alat snorkeling yang
selesai dipinjam tidak di cuci hanya dicelupkan di air dan diangkat. Padahal
sepengalaman saya snorkeling di Gili Labak, selesai alat snorkeling di
pinjam langsung direndam dan dicuci. Padahal kan alat snorkeling itu di pakenya
di mulut, bukannya dari mulut itu penyakit mudah banget nular ya? Hmm, entahlah. Hanya bisa berdoa semoga
kita sehat-sehat saja.
Kekecewaan saya tidak berhenti
dari guide yang telah tidak sopan
memaki pengunjungnya tapi juga keadaan Pantai Tiga Warna yang jauh dari pikiran
saya semula. Pantainya kotor pemirsa, banyak sampah plastik. Bahkan ketika snorkeling bukan ikan yang dilihat teman
saya melainkan popok/pampers di tambah air yang keruh. Dan ketika penjaga
pantai di tanya dimana spot rekomen
untuk snorkeling, kami hanya
ditertawakan dan di tinggal pergi. Parahnya lagi ketika ada dua teman saya yang
terkena sengatan ubur-ubur tidak ada satu guidepun
yang bisa melakukan pertolongan pertama untuk kasus tersebut. Saya
bertanya-tanya dalam hati apa ini guidenya
dadakan jadi gak ada latihan penolongan pertama gitukah? Setelah saya lihat di
om gugel, penolongan pertama disengat ubur-ubur itu mudah dan tidak memerlukan
alat-alat. Tapi mengapa para guide
yang lumayan banyak disana tidak tahu? Yah,
seperti menyesal membayar dua ratus ribu untuk yang seperti ini. selain itu
juga, sepanjanh perjalanan menuju Pantai Tiga Warnapun dari dua guide yang kami sewa tidak ada yang
bercerita asal-usul Pantai Tiga Warna atau apapunlah yang sekiranya berkaitan
dengan Pantai Tiga Warna. Kecewa saya, kecewa.
Cukup sekali sajalah saya pergi
ke pantai tiga warna yang dielu-elukan keelokannya ini. Mungkin saya sedang
tidak beruntung, sehingga ketika pergi kesana tidak mendapatkan guide yang profesional, tidak mendapatkan pengalaman snorkeling yang indah karena airnya kotor, dan tidak mendapatkan
pelayanan atau fasilitas yang seharusnya. Semoga ini hanya keapesan saya,
semoga teman-teman yang berkunjung ke sana mengalami pengalaman yang indah dan amazing.
Nulis kritik kalau gak diberi
saran kaya lempar batu sembunyi tangan. Untuk itu saya punya sedikit saran
untuk pengelola Pantai Tiga Warna agar kedepannya bisa lebih baik lagi
1. Benar-benar
dibatasi kuota untuk kunjungan ke Pantai Tiga Warna dan diberikan informasi
kepada pengunjung ketika pantai sedang kotor atau tidak cocok dilakukan snorkeling.
2. Guide/pemandu wisata lebih belajar lagi
mengenai Pantai Tiga Warna. Lebih aktif bercerita bukan hanya berfungsi sebagai
penunjuk jalan saja.
3. Guide/pemandu wisata dibekali atau
diberi pelatihan mengenai penanganan pertama mengatasi keseleo, tersengat
ubur-ubur, terkena bulu babi, atau ketika pengunjung tenggelam.
4. Alat
snorkeling dibersihkan sesuai standart kebersihan
5. Alangkah
lebih baiknya penjual di Pantai Tiga Warna ditiadakan. Banyak penjual yang
akhirnya membuat banyak sampah. Hal ini tidak sesuai dengan larangan pengunjung
yang tidak diperbolehkan membuang sampah sembarangan tapi dibalik itu masih
banyak penjual di sana.
6. Sopan
santun guide lebih ditingkatkan.
Kasian pengunjung bayar mahal-mahal tapi diperlakuan tidak dengan semestinya.
Bukan maksud apa-apa sih saya
bercerita seperti ini, Cuma pengen sekedar sharing
pengalaman aja mudah-mudahan bermanfaat untuk pengelola Pantai Tiga Warna dan
pengelola pantai-pantai lainnya. Semoga
kedepannya Pantai Tiga warna bisa menjadi pantai elok tidak hanya pada awal
dibuka tapi untuk seterusnya.
Terimakasih pengalamannya
teman-teman 20 official, meskipun kita kurang beruntung semoga apa yang kita
rasakan bisa bermanfaat dan membantu pelestarian alam.
Sampai jumpa
Semoga bahagia
Semoga bahagia
11 komentar
pemandangannya itu loh yang bikin gue takjub !! ini amazing coy !!!! , apalagi buat gue yang suka fotografi yang biasa hunting sana sini kagak karuan . Kayaknya nih tempat cocok buat foto pre wedding gue , eh salah buat foto foto bareng temen .
BalasHapusBukannya kita pernah kesini ya, Sya, mau pantai gatra, tiga warna atau celungup kayaknya viewnya sama aja. Ya gak sih?
BalasHapusItu kejadian telatnya sama kayak pas kita ke Celungup itu, ya? 😂
Meskipun viewnya itu bikin mata gue jam segini adem, tapi tetep. Banyak banget hal yang harus diperbaiki.
BalasHapusIni nih tempatnya emang berdekatan gitu atau gimana sih? Tuh, kata temen yang komentar di atas, bilangnya sama aja. Gue gak tau, sih. hehehe.
Gue setuju banget sama kritik dan sarannya. Ya, lagian gak mungkin guide kerjanya cuman. "Tuh... ke sana..."
"TUh... jangan dipegang. Nanti meladak."
Masa iya cuman gitu. Harus nyertain juga yakan? Biar pengunjung punya edukasi yang baik terhadap pantai ini.
Menurut gue viewnya masih kerenan pantai gatranya mb, keknya lebih keren aja gitu, dari pada yang tiga warna, itu snorklingnya pasti gak nyaman banget kalo airnya kotor begitu.
BalasHapussetuju banget sih sama kritik dan sarannya, mungkin lebih dipertegas lagi masalah kebersihan disitu, tapi overall keren, karna paling suka liburan tuh dipantai, hehehe...
gue gondok sih baca cerita yg ketika elu mau nukerin kacamata itu, kampret amat guidenya. abis itu pake d maki'' lah, dibiarin aja ga d tlongin. wah itu sih, kalah sama pengunjung lain yg msih pnya hati buat nolong.
BalasHapustapi butek gitu ya?
awal bacanya semangat pengen ngunjungin, eh d tengah sampe terakhir malah gondok sama pelayanan yg d beri sama guidenya hahaha
tampol aja sih seharusnya guidenya, kan udah bayar juga
Pantainya keliatannya masih bersih nih, bagus. Semoga dinas pariwisata bisa merawat pantai ini benar-benar, jangan sampai kayak pantai-pantai lain di Pulau Jawa yg sekarang udah jadi jelek karena tercemar oleh sampah.
BalasHapusBtw kenapa dinamain Pantai Tiga Warna? Mananya yg tiga warna? Penasaran...
Aku pingin kesini juga ih.. :(
BalasHapusEh mau nanya nih, emang kalau ke pantai tiga warna rombongannya harus 20 oran gitu? Atau kalian lagi menekan harga, hehehehee :D
Kalau harus nunggu 20 orang barengan, lak yo kangelan pisan.
Serius ada popok melayang2 pas snorkling? Jijik.... aduh.. sayang banget.... Padahal namanya udah unik 3 warna. Orang pasti udah penasaran.. aku pas baca awalnya aja uda penasaran.. aku jd ikut kecewa....
BalasHapusTolong ajakin gue ke pantai gatra sama pantai tiga warna!!! Gue mau banget main di pantainyaa. astagaa
BalasHapusEh jadi pantai gatra sama tiga warna, sebelahan doang?? terus yg bikin beda apaan dok? ko harus di booking dulu??
keren... kalau stress2 sama polusi udara kota, pantai itu salah satu pelarian terbaik. udaranya, pemandangannya, suasanya... menenangkan deh ya :))
BalasHapusFix!!
BalasHapusGue harus liburan biar ga stress ngeliatin orang pada liburan.
Kalo gue pasti udah kesal banget kalo guide gak bertanggung jawab begitu. Guide begitu kayak penjaga pantai tapi gak bisa berenang, buat apa. Keknya gue harus cari tau dulu daerah - daerah yang mau gue jadiin destinasi liburan, biar gak nyesal banget dapat guide begitu :D.
Seperti didengarkan jika kamu memberi komentar :)